Kamis, 24 Juni 2010

PUTUS ASA?

Hari ini para orang tua wali murid Sekolah Dasar pada menerima raport. Tanda kenaikan kelas tiba. Namun, kami tidak termasuk keluarga yang menerima raport. Bukan karena sekolahan tidak mau membuat laporan perkembangan belajar Wildan, tapi karena sudah hampir dua bulan Wildan mogok sekolah!. Jadi apa yang akan dilaporkan, toh?.

Semula dengan diterimanya Wildan sekolah di SDN 2 Tlekung dan juga melihat betapa riang gembiranya Wildan berangkat sekolah, kami mulai merasakan kelegaan. Seolah masalah studi Wildan akan terpecahkan. Namun seiring berjalannya waktu, Wildan hanya bertahan sekolah 3 bulan. Selanjutnya, tanpa sebab yang pasti...Wildan mogok. Maunya hanya di rumah nenek di Batu dan andai ada di rumah, dia ogah-ogahan ke sekolah. Bila dipaksa sekolah, dia marah dan uring-uringan.

Sampai saat ini kami tidak tahu pasti, kenapa?.
Hasil dialog dengan guru sekolah, mereka menduga Wildan mengalami semacam trauma karena sempat kami terlambat menjemput hingga satu jam. Saat itu, jam 9.30 seharusnya dia sudah keluar kelas untuk pulang. Tapi penjemput datang jam 10.30-an. Selama menunggu jemputan, konon Wildan menangis, marah, dan minta diantar pulang oleh salah satu guru yang ada. Sejak itu dia mulai ogah sekolah.

Namun berbarengan dengan kasus tersebut adalah Wildan mulai sangat kerasan tinggal di rumah nenek dan bermanja-manja di sana. Datang ke sekolah mulai senin-kamis. Apalagi setelah sekolah sempat diliburkan 3 hari karena pihak sekolah fokus pada persiapan UNAS untuk murid kelas VI. Semakin bertambah lagi manakala sekolah diliburkan seminggu karena UNAS. Lengkap sudah. Wildan semakin merasa enjoy tidak sekolah.

Praktis, dua bulan ini rasanya tidak ada progress soal akademik Wildan.
Satu masa yang sangat sulit bagi kami. Rasanya mengalami jalan buntu bagaimana mengarahkan Wildan. Mana dia juga tidak mau pulang, tidak mau dijemput dari rumah nenek, bahkan tidak mau ditungguin saat di sana. Kenapa dia menolak kami (ayah dan ibunya)?. Itu yang menyedihkan.

Kami mengamati, sepertinya Wildan ingin nenek tinggal bersama dia. terserah mau di rumah Batu apa di rumah Areng-areng. Keberadaan nenek yang setiap waktu ada dekat dengannya sepertinya membuat Wildan nyaman. Sekaligus manja. Makan minta disiapkan nenek, seringkali juga minta disuapin. Apa daya, nenek tidak bisa tinggal bersama kami di Areng-areng. Rasanya kami tidak tega memaksa nenek menghentikan seluruh kegiatan sosial masa tuanya di Batu. Berbagai pengajian yang diikuti, aktivitas sebagai pengurus ormas keagamaan, aktivitas sebagai pengurus koperasi desa, aktivitas sebagai pengurus PKK, merupakan jejaring sosial yang penting bagi seorang pensiunan seperti nenek. Kwalitas hidup sosialnya didapatkan dari kiprahnya di masyarakat. Mana mungkin kami memutus semua aktivitas yang baik itu digantikan dengan meminta nenek tinggal di rumah Areng-areng?.

Andai mungkin kami seharusnya bisa mengantar nenek di setiap aktivitas itu. Toh jarak rumah Areng-areng dan rumah Batu hanya 10 km?. Beranikah kutawarkan solusi ini pada nenek?.

Ya Allah....