Sejak tahun 2002 akhir, menu dan selera makan Wildan mengalami perubahan yang sangat besar. Usia 2 tahun sampai dengan usia 6 tahun, Dia HANYA mau makan mie, dan telur. Betul-betul hanya dua jenis itu yang dia makan sebagai makanan pokok. Bila sehari perlu makan tiga kali, maka yang tiga kali dia makan mie. Sementara telur bisa lebih dari tiga butir sehari. Selain makanan pokok yang tidak lazim itu, soal jajanan dia hanya mau roti (terutama roti kukus) dan biskuit. Lainnya tidak mau. Apalagi kue basah, memandang saja nampak dia jijik. Nah, pada tahun 2002 berkat paksaan ayahnya dan bantuan para gurunya di sekolah autisme, Wildan mulai mau makan nasi dan sayuran.
Mula-mula sangat sulit merubah menu makan Wildan. Ayahnya harus bertindak "super jahat" tanpa kompromi memaksa Wildan mencicipi dan menelannya. Sampai dia muntah-muntah. Usaha memasukkan nasi dan sayur ke mulutnya terus dilakukan secara konsisten. Sampai dengan minggu kedua, mungkin Wildan capek juga memberontak, dia mulai menurut dan agaknya memilih kompromi dengan memakannya tanpa paksaan lagi. Bahkan pada minggu-minggu berikutnya, dia mulai bisa menikmati nasi dan sayuran. Bulan berikutnya sampai sekarang terjadi perubahan drastis....dia mulai melahap semua jenis sayuran, khususnya yang berwarna hijau!.
Seleranya pada sayuran hijau sungguh diluar dugaan. Seolah Wildan ingin membayar 'hutang' empat tahun sebelumnya yang tidak kemasukkan satu sayurpun!. Paling disukai adalah sayur kangkung yang ditumis. Pada prinsipnya Wildan sangat alholic dengan masakan yang berbumbu bawang putih dan bawang merah yang digoreng. Sehari bisa habiskan satu unting sampai dua unting sayur hijau (di Malang, harga satu unting sekitar Rp.1000). Tidak jarang tumis kangkung dia makan tanpa nasi.
Soal lauk pauk, telur masih digemari terutama telur mata sapi dan telur dadar. Daging sapi dan daging ayam, asalkan lunak dia senang banget. Terutama daging ayam. Paling menghebohkan adalah saat dia menyukai lauk tertentu. Pada tahun 2007 adalah era maniac dengan lauk bakwan jagung manis. Saking demennya, sampai-sampai orang lain tidak boleh ambil lauk itu. Dia akan jaga saat jagung mulai dibersihkan, dia tungguin saat jagung di haluskan..bahkan dia pastikan jangan sampai ada yang tercecer ha..ha..., diawasinya saat kami goreng, trus tugas Wildan adalah meletakkanya di piring dan di 'kuasai'nya. Saya harus bilang, "Wil, minta jagungnya...". Baru dia beri, itupun dipilihkan yang paling kecil!.
Tahun 2008 ini dia sudah ogah-ogahan dengan bakwan jagung bahkan hampir tidak mau. Agaknya tahun ini akan jadi era maniac MENDOL. Tahu mendol?. Itu lho lauk dari tempe kedelai yang dibumbu dengan kencur, daun jeruk purut, tumbar, bawang merah, bawang putih. Dicampur terus dihaluskan, dikepal-kepal kecil (sebesar biji durian ukuran sedang) lalu di goreng eh...Wildan lebih suka dibalut dikit dengan tepung (kami campur dengan tepung tapioka atau tepung beras). Wah, menu mendol membuat Wildan gak bisa berhenti makan rasanya...tambah..tambah..dan terus tambah...Sampai-sampai demi kesehatan perut, saya hanya keluarkan mendol sejumlah cukup untuk makan sekali. Pas-nya Wildan sekitar 5-6 biji.
Perilaku Wildan dalam urusan makan ini memberi pengetahuan tentang karaktristik khas-nya. Yaitu cenderung ekstrem dalam urusan suka tidak suka. Bila dia suka akan sangat suka, bila dia tidak suka juga akan sangat tidak suka. Tidak ada satupun menu yang menunjukkan dia sedang-sedang saja suka-nya. jadi apa yaaa...selera makan Wildan itu hanya ada dua pilihan dikotomis: Hitam atau Putih. Suka atau Tidak.