Jumat, 23 Oktober 2009

Melukis dengan Guru Berhenti

Sedih sekali, sudah sebulan ini Wildan tidak ditemani guru lukisnya lagi. Les privatnya berhenti dengan cara yang kurang menyenangkan.

Awalnya, kami mulai merasa "nelangsa" karena ritme kehadiran sang guru tidak ajeg. Kadang satu minggu tiga kali, kadang sekali, kadang dua kali, kadang sebulan tidak masuk, lalu masuk berturut-turut. Begitupula dengan hari belajarnya. Kadang selasa, rabu, senin, jum'at, sabtu...yah... Memang sih selalu ada rasionalisasi alasan kenapa tidak bisa ajeg. Maklumlah sang guru juga punya kelas di sebuah sekolah selain juga punya banyak kegiatan. Diantaranya adalah jadi juri di event lomba lukis.

Rencana semula les lukisnya adalah minggu pertama sekali, minggu kedua dua kali, minggu ketiga dua kali, dan minggu ke empat satu kali. Tiap hari selasa atau rabu. Setelah beberapa kali jadwal menjadi kacau, saya sampaikan pada sang guru bahwa hal tersebut tidak baik untuk Wildan. Baik berkaitan dengan mood, jg mengacaukan jadwal kami mengajak Wildan untuk bersosialisasi. Kadang kami sudah menjadwal ajak Wildan keluar..eh, gurunya menghubungi hari ini atau besok blio akan datang. Begitulah, akhirnya kami putuskan Wildan istirahat dulu les lukis karena sepertinya dia hanya diberi jadwal ketika sang guru tidak ada jadwal di tempat lain.

Bila Wildan Bermain Zuma

Zuma Game sangat disukai oleh Wildan. Seharian dia bisa betah memainkannya. Setiap buka Zuma, nampak target Wildan adalah memainkannya sampai pada semua level. Kalau tidak salah 12 level. Jadi, sudah pasti komputer di rumah akan selalu di bawah "kekuasaanya" penuh. Sudah berkali-kali dia "katam". Kami heran dengan caranya bermain yang sangat cepat dan berusaha mengejar bonus karena berhasil mencapai COMBO. Dia menyusun strategi bola-bola bisa lepas dengan berantai. Cara menyusun strateginya unik dan cerdas, sehingga pencapaian skor di setiap level begitu tinggi.

Namun, akhir-akhir ini ada kebiasaan Wildan yang menjengkelkanku berkaitan dengan permainan Zumanya. Apabila sudah pada level ke 9 dst. dia akan menarik saya utk memperhatikan dia bermain. Tahu khan, pada level itu gerakan bola-bola sudah cepat bahkan sangat cepat. Nah, biasanya sy akan ikut deg-deg-an apabila bola tertelan dalam "goa". (bukan apa-apa, sebab tidak jarang Wildan akan menangis bila bola tertelan. Suaranya itu lho bikin risih). Agaknya Wildan menikmati ketegangan saya. Dengan ketawa-ketiwi dia sengaja tidak segera mengakhiri permainan. Caranya, bola dibuang selang-seling terus sehingga tidak ada habis-habis. Sudah begitu cara melemparnya sambil memandang ke arah lain, atau sambil melirik saya dengan jenaka. Kadang malah dengan menumpangkan kakix di meja bergaya "alah..keciiil...sebodo ah", begitu perasaanku membaca gayanya.
Pokoknya gemeeeeezzz....