Kamis, 30 Desember 2010

Corat-Coret di Buku

Pagi tadi saat mau berangkat kerja, disaat lagi "ribet" antara ambil buku dan meladeni obrolan ayah Wildan: Buku yang kuambil tersibak...sehingga nampaklah halaman Daftar Isi. Ayah Wildan terperanjat, "Lho kenapa itu bukunya Ma? kok kotor???.". Saya tersenyum saja sambil lalu jawab, "Yaaa..sudah lama sekali, ini termasuk "korban" aksi Wildan". Ayahnya langsung antusias, "OOhhh....gambaranya kakak ya? aduh anakku...hatiku langsung serr ma..jadi kangen sama Wildan.". Akhirnya sejenak kami amati corat-coret di Daftar Isi itu.

Awal-awal Wildan suka menggambar, medianya sangat unik. Dia lebih suka menggambar di kertas-kertas bekas, termasuk di halaman-halaman buku. Tidak peduli, buku baru atau buku lama. Jadi jangan heran, bila mendapati buku kami tidak pernah bersih. Termasuk bukunya adik. Namun, khusus untuk buku adiknya, kami cukup ketat mengawasi jangan sampai sering di corat-coret Wildan. Tidak hanya buku, majalah, dan surat kabar juga bisa menjadi sasaran empuk. Uniknya lagi, ada masa Wildan sangat menikmati menggambar di bekas kotak kue, dan pot bunga. Bahkan lebih lucu lagi, adiknya tidak pernah bisa tenang manakala memakai baju koko polos..karena pasti akan dikejar-kejar Wildan..untuk digambari!. Sang adik sih sebenarnya senang-senang saja saat Wildan menggambar di baju kokonya. Apalagi bila di bagian punggung. Kata adik, enak...seperti ada yang menggaruk-garuk punggungnya. Tidak jarang adik sampai tertidur. Saat adiknya tertidur, Wildan bisa pindah media menggambarnya..dari baju adik ke kening adik..juga ke kaki adik hahaha.....

Sayang sekali bukti-bukti gambar Wildan di berbagai media tersebut, tidak seluruhnya terdokumentasi dengan baik. Pernah saya kumpulkan gambar-gambarnya di media koran bekas dan majalah bekas. Kubingkai dengan kertas warna-warni (asturo). Lalu pihak sekolah autis meminta, konon hanya pinjam untuk pameran sekolah. Dua kali saya meminjamkan gambar yang berbeda-beda pada sekolah autis. Sayang, semuanya tidak kembali. Waktu saya minta, katanya masih ketlisut..entah dimana.

Semoga masih ada yang tersisa yang belum kami dokumentasikan. Duh..rasanya ingin sekali liburan dan mencari gambar-gambar Wildan di tumpukan majalah di rumah Areng-areng maupun rumah Batu.

Jumat, 17 Desember 2010

Lukisan-Lukisan Komputer






Sebagai pengobat kangen, unggahan lukisan-lukisan Wildan via komputer (word paint) ini semoga bisa menyejukkan. Seri ini saya pilihkan untuk mengamati bagaimana perspektif Wildan pada sosok perempuan dengan berbagai pose.

Saya tidak tahu pasti darimana ide Wildan menggambar sosok perempuan dengan perut terbuka, seperti para wanita India ini. Padahal televisi sudah lama tidak menayangkan Film India hehe..

Semakin Menyendiri





Sejak Wildan memutuskan tinggal di rumah Sidomulyo-Batu, kehidupan sosialnya mengalami kemunduran. Saat ini sudah tujuh bulan lebih dia tidak mau pulang lagi ke Areng-Areng oleh sebab yang tidak kami mengerti. Sejak itu pula Wildan mulai tidak suka diajak keluar dari rumah. Hari-harinya hanya dihabiskan di dalam rumah. Sibuk dengan laptopnya yang berisi Game merawat tanaman hias atau mondar-mandir di dalam rumah dari ruang keluarga-ruang tamu-kamar atas-kamar bawah-ruang makan, dan dapur. Bahkan di awal-awal bulan, dia menolak kehadiran tamu yang datang. Termasuk kami, ayah-ibu, dan adiknya. Begitu ada tamu, dia langsung heboh minta salim (salaman) supaya tamunya segera pulang!.

Lama kelamaan dia bisa menahan diri untuk tidak langsung "mengusir" tamu. Hanya bila sudah jam 20.00 WIB dia akan resah manakala tamu tidak segera pamit. Pas jam 21.00 WIB bila tamu tidak jua pulang, maka Wildan akan berulang kali minta salim sebagai tanda tamu harus segera pamit. Maklumlah, jam 21.00 adalah jam tidur biologisnya. Dia perlu ketenangan menjelang tidur tersebut. Saat seperti itu adalah saat yang menegangkan bagi kami semua karena Wildan akan sangat sensitif dan uring-uringan.

Namun, bukan itu yang paling meresahkan kami. Keengganannya untuk keluar rumahlah yang paling meresahkan karena dengan begitu dia tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Penghuni rumah Batu sendiri hanya terdiri dari Wildan, nenek, om dan tante, serta si bayi. Seringkali mereka ada di ruangan yang berbeda. Paling Wildan lebih suka "nggelibet" pada neneknya (ibu saya) yang sudah berusia 65 tahun. Apabila diajak nenek keluar rumah, Wildan selalu menolak. Bahkan manakala dia ingin kue, tetap tidak mau diajak bersama-sama ke toko. Kalau sudah begitu, neneknya akan diambilkan dompet dan dirayu-rayu supaya mau membelikannya kue.

Lebih menyedihkan, kami yang berusaha membujuk dengan iming-iming mengajaknya berenangpun tidak bisa membuatnya "jatuh iman". Padahal renang adalah aktivitas yang dulu paling disenanginya!. Seperti kita tahu, air merupakan wahana yang cenderung sangat disukai anak-anak autis.

Kesendirian, kesunyian yang dialami Wildan saat ini sudah menunjukkan dampak negatif. Salah satunya adalah Wildan nampak kuper sekali. Beberapa kali kami berhasil membujuknya keluar rumah. sekedar membeli bakso, atau jagung bakar dalam durasi waktu yang pendek. Pada saat seperti itu, begitu dia keluar mobil....langsung menutup kedua telinganya dengan tangan atau berlindung dalam pelukan ayahnya atau pelukanku.

Kami sangat prihatin dengan keadaan ini. Tapi entah sampai kapan bisa keluar dari kondisi ini. Betapa rindunya mengajak Wildan berenang, jalan-jalan ke alun-alun dan mall, atau sekedar bersilaturahmi ke handai taulan. Kami merencanakan rekreasi ke luar kota, tapi entah bisa terealisasi atau tidak. Andai Wildan tidak mau ikut...betapa tidak berartinya liburan yang kami rencanakan itu........