Sejenak, aku tak menyambut kedatangan Wildan sepulang les lukis minggu lalu. Tidak seperti biasanya memang. Biasanya sepulang les, dia selalu kuberondong dengan pertanyaan-pertanyaan walau tidak juga dijawab. Tapi hari itu aku malah sibuk dengan laptop mengumpulkan tulisan-tulisan dari situs Dewan Pers.
Sikapku itu baru kusadari setelah Wildan mondar-mandir dengan membawa gulungan kertas plano. Seperti biasa..mondar-mandir tanpa suara. Merasa agak terusik karena hadirnya sensasi gerakan Wildan, aku nyelutuk, “Wildan, ngapain yak ok jalaaaan saja. Ayo duduk..”. Ternyata adiknya yang menyahut,”Kakak lho ma ingin lukisannya dilihat”. Wow….akupun terhenyak…oh benar, dia memegang lukisannya yang baru!. Oh, anakku..maafkan ibumu ini…segera kuhampiri Wildan,”Oh..itu lukisan Wildan yang baru yaa..Lihat dong..". Wildanpun menyodorkan lukisannya yang masih tergulung. Kubeber lukisan besarnya seukuran penuh satu plano di lantai, dia tertawa meloncat-loncat dan kemudian bersamaku duduk di lantai melihat lukisannya. Lukisan manusia dalam garis-garis, dengan background warna coklat tanah. Manusia-manusia yang berjumlah 6 orang dalam bentuk nyaris garpu dan sendok itu kurasakan sebagai lukisannya yang paling original. Hati kecilku berbisik, lukisan kali ini khas coretan-coretannya saat di rumah.
Peristiwa hari itu membuat mengingat-ingat perubahan yang terjadi pada diri Wildan. Akhir-akhir ini Wildan nampak sangat senang apabila aku "pamerkan" pada setiap tamu yang datang dan bertanya tentang lukisan Wildan. Biasanya lukisannya akan ku beber di lantai. Maklumlah, hingga saat ini kami belum juga membingkai lukisan-lukisan Wildan. Padahal, tentu akan semakin membuatnya semangat, senang, dan terinspirasi apabila kami membingkai dan memasangnya di tembok-tembok rumah.....Maafkan kami pelukisku...
1 komentar:
usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry
Posting Komentar