Jumat, 07 Maret 2008

Wildan perlu pendampingan yang tepat

Ketika pertama kali mendengar vonis Dokter bahwa Wildan menderita autis, saya dan suami tidak bisa berkata apa-apa... Kami bingung harus bagaimana. Pada waktu itu tahun 1998, pengetahuan tentang autis sangat terbatas. Bahkan dua psykiater yang kami datangi tidak bisa mendeteksi kelainan Wildan saat itu. Informasi tentang autis justeru saya dapatkan dari majalah Intisari yang sudah menjadi langganan kami sejak 1975.

Begitupula tentang sekolah atau pusat terapi autis yang masih sangat terbatas di Jawa Timur. Kalau tidak salah hanya ada tiga saat itu di Surabaya. Bahkan di Kota Malang belum ada kecuali yang bergabung dengan anak-anak retradasi Mental. Setelah mengalami berbagai macam kesulitan dan keterbatasan (suka duka mempunyai/merawat anak autis) kami akhirnya mencoba berpikir jernih...
Selain dg terapi dan sekolah autis. Kami beri kebebasan Wildan seperti saya menganggap bahwa Wildan adalah seperti anak pada umumnya. Bermain bersama teman, tetangga, ke warung, bersosialisasi dengan masyarakat, kita ajak ke rumah teman-teman, dll. Kami menganggap apapun yang dilakukan Wildan asalkan dia bahagia, kita ok ok saja.
Untungnya hal ini ditunjang dg bantuan yang sangat luar biasa dari adiknya yang tidak autis. Bagaimana adiknya, Ghulam, bisa menemani Wildan dalam suka dan duka. Ini sangat berarti buat kami. Ghulam, adiknya seolah sejak batita harus menjadi 'terapist' bagi kakaknya itu.

Kami amati, Wildan sangat suka menggambar dimanapun dan kapanpun. Tiap dia mendapat alat
tulis, spidol, bolpoin, pensil dll dia akan menyalurkan hobinya dimanapaun, ada tembok pun jadi, kertas koran, buku diktat saya, buku pelajaran adiknya, bahkan secuil kertas dari dus kuepun tidak lepas dari aksi corat-coretnya.

Akhirnya kami berpikir bahwa Wildan perlu diberi arahan tentang hobinya ini. Sisi lain kemampuan akademik Wildan terbatas. Jadi kami harus mengembangkan kemampuannya yg terpendam --> kalo mungkin sih biar bisa jadi "keahliannya" kelak jika dewasa. Akhirnya Wildan kami beri fasilitas alat gambar dll. Les privat pada seorang pelukis yang memiliki sanggar lukis. Kami kumpulkan semua karya-karya wildan. Kami berharap suatu ketika Wildan bisa memamerkan lukisannya buat masyarakat. Misinya adalah meningkatkan rasa percaya diri Wildan dan anak-anak autis.

2 komentar:

lutvia mengatakan...

LUAR BIASA...Sebuah cinta yang agung yang membuat saya sebagai seorang anak benar-benar memeluk erat sosok ibu. Semangat dan perjuangan yang menurut saya adalah energi utama buat Wildan adalah cinta yang besar itu.Salam cinta saya buat Wildan dan Karya-Karyanya...semoga harapan Wildan dan kelg akan menjadi terwujud. SELAMAT WILDAN DIANUGRAHI SEORANG MAMA YANG LUAR BIASA...

Mama Widho mengatakan...

Semoga saya bisa mendampinginya dengan baik. Peran ayah dan adiknya lebih luar biasa lagi. Do'akan kami semua. terimakasih.