Senin, 04 April 2011

Tulisan Gado-Gado

Hampir dua bulan tiada satupun tulisan di blog ini. Berawal dari kesadaran saat Ulang Tahun Wildan 10 Februari 2011 lalu. Kesadaran yang mengacaukan perasaan kami, bahwa tahun ini Wildan sudah berusia 15 tahun. Usia remaja yang mestinya dia lalui ceria dengan banyak teman-teman sekolah, sepermainan, dan seusianya. Namun, dia terlalu sibuk dengan kesendirian. Dia terlalu asyik dengan dunianya yang sunyi.


Pagi itu si ayah menangis terus setiap kali mengingat usia anak kami. Dan akupun tidak bisa berbuat apa-apa. Berbicara hanya akan menambah kesedihan. Menulis tentang Ultahnya hanya akan mengiris hatiku. Aku hanya bisa menghindari pertemuan bahkan tatapan mata dan pembicaraan. Sejauh mungkin kuhindari berada dalam satu ruang yang sama dengan si ayah..... karena aku juga tidak tahu harus gembira ataukah sedih bersama. Tidak ada satupun yang mampu saling menguatkan.


Malam sepulang kerja, kami bertiga baru mampu ke rumah Batu. Menjemput Wildan untuk makan di luar. Dia memilih menu Fried Chicken, cola, dan ice cream. Kami biarkan dia makan dua porsi karena melihat wajahnya yang sangat berhasrat. Kami puas-puaskan memandang wajahnya. Ayah memotretnya berulang kali. Rekaman itu tidak bisa kami urai sepanjang dua bulan ini.

Anakku,

pasti kau bahagia dengan takdir yang penuh kasih ini.

Tuhan kita lebih tahu yang terbaik untukmu,

untuk kami, dan

untuk kita.

Masa remajamu,

teman-temanmu yang sempurna,

segala kesenangan di setiap usiamu,

telah disediakan olehNya dalam ruang dan waktu yang berbeda.

Kita saja yang tidak mampu melihat.

Kita yang tidak mampu bersabar.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari ini ayah di Kendari, dan adik sedang keluar rumah mencari sesuatu dengan teman sekolahnya. Kubuka laptop dan mulai menulis tentang Wildan. Terakhir aku menemuinya jum’at 1 April lalu. Semakin ganteng, bersih, dan lembut perilakunya. Berada dekat Wildan adalah kenyamanan dan kedamaian.


Ada sebersit kerisauan soal keterikatannya pada ibuk (neneknya). Meski sehari-hari nenek sering keluar rumah karena kesibukan sosialnya, Wildan bisa mengurus diri sendiri. Namun manakala lewat jam 16.00 WIB nenek belum juga pulang, Wildan mulai gelisah. Dia akan berulang kali menggambar wajah nenek dan menunjukkan pada tantenya. Sekali waktu kegelisahannya itu berwujud agresivitas dengan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Sesekali dia akan menangis penuh kemarahan. Sekonyong-konyong begitu nenek datang dan menyapanya, “Kakak....”, maka Wildan segera mengusap air matanya dengan cepat dan kembali ceria.


Agaknya dia merasa nyaman bila ada nenek. Walaupun kalau nenek berbaring di kamarnya, Wildan tidak mau masuk kamar tersebut. Nenek juga tidak boleh pakai selimutnya. Kalau nenek berbaring di kamar, selimutnya segera disingkirkan di pojok kasur. Sebagai kompensasi, dia akan ambilkan nenek selimut dari kamar nenek sendiri.

Sesekali Wildan menggoda nenek dengan merubah saluran TV dari TV Nasional yang disukai nenek ke saluran TV lokal kesukaan Wildan. Tapi saat merubah saluran tersebut sambil melirik nenek dan senyam senyum. Dia tahu pasti nenek akan marah atau jengkel. Sebelum nenek buka suara, cepat-cepat dia kembalikan ke saluran TV nasional lalu lari keluar kamarnya sambil tertawa. Begitu seterusnya, kadang mereka ribut berdua gara-gara TV. Perilaku itu nyaris seperti anak-anak lain, bukan????.


Dalam banyak hal relasinya dengan nenek, Wildan mampu berkompromi. Kecuali ritual harus ada kue dan air putih sehabis dia cuci muka di pagi hari. Setelah itu mandi sendiri, dan menunggu sarapannya.....setelah itu dia mandiri melakukan kegiatannya sepanjang hari. Kisaran jam 15-16 dia mandi sore dan ganti celana panjang menunggu orang-orang rumah datang. Kisaran jam 20-21 Wildan sudah berbaring manis di kamarnya. Banyak aturan nenek yang dia jalankan dengan penuh kepatuhan. Terlihat sekali upaya Wildan menjaga supaya nenek tidak marah atau kecewa padanya. Seolah dia takut tidak dikehendaki di rumah nenek!.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari ini aku punya jadwal dengan adik mengambil pigora untuk dua lukisan Wildan. Lukisan lama yang ditorehkan di atas kertas dengan warna krayon. Minggu lalu, aku dan adik memilih gambar barongsai dan gambar sket anak-anak yang akan dipigora. Masih ada 12 gambar lagi yang menunggu giliran dipigora. Entah kapan, kalau sudah tersedia anggaran Hehehe.


Seorang sahabat menyarankan lukisan Wildan dijadikan lukisan kaos, lalu dijual terbatas. Boleh juga. Sejauh ini belum terpikirkan sampai disitu. Padahal tempat tinggal Wildan sekarang adalah daerah wisata. Dekat hotel dan objek wisata alam. Hmmmmm....usulan yang sangat oke. Berarti langkah pertama adalah mencari sampel kaos dan tempat printing yang oke. Bila perlu Wildan dikenalkan dengan cat khusus untuk kaos. Jadi dia bisa langsung melukis di kaos tanpa lalui Printing.

Wah itu akan sangat mengasyikan!. Terimakasih mbak Khoiriyah Trianita.

Siapa yang pesan? .....haha...ayo...ayo!

--------------------------------------------------------------------------------

6 komentar:

tini mengatakan...

Assalamu'alaikum. Salam kenal, Mbak. Anak ke3 ku mengalami bibir sumbing dan Noonan Syndrome. AKu dapat merasakan sama seperti yang Mbak rasakan. Tapi ada keyakinan yang selalu menumbuhkan semangat saya untuk terus melakukan terapi atas Rizqi, anak saya. Kita tidak bisa membandingkannya dengan anak seusia mereka karena meraka terlahir istimewa dan sangat spesial. setiap perkembangan yang berhasil mereka dapatkan adalah anugerah, dan aku selalu menunggu satu-satu anugerah itu samapi pada meraka hingga saatnya mereka akan menjadi anak yang mandiri dan berhasil. salam sayang buat Wildan.

Mama Widho mengatakan...

Mb Tini...terimakasih atas dukungannya. Salam sayang juga untuk Rizqi. Anak-anak memang memiliki uniknya sendiri. Setiap anak memiliki kesan dan kebahagiaan tersendiri. Sebagai orang tua cinta adalah segalanya dalam menilai mereka yaaa. Mensyukuri dg standart mereka bukan standart yang lain. Semangaaaatttt!

Anonim mengatakan...

Makasih mba buat critanya... Menguatkan skali... Anakku juga autis tapi anak yang sangat bahagia amien...

Rimay mengatakan...

Makasih ya, mama frida... Tulisan-tulisan mama frida banyak menyadarkan saya bahwa apapun yg diberikan Tuhan merupakan hal terbaik buat kita. Makasih mama frida, mama udah ngajarin saya rasa syukur. Makasih...

Semangat ya mama frida! GBU

Mama Widho mengatakan...

Anonim@ terimakasih juga sdh singgah di blog wildan...percayalah rahasia Allah adalah demi kebaikan kita, supaya kita berpikir, bersyukur..dan semakin beriman.

Mama Widho mengatakan...

Rimay@ sama-sama, say....smg bermanfaat.