Minggu, 13 November 2011

Kasih Sayang Adek adalah Proses yang Terus Menerus.

Sejak ayah banyak share blog ini ke teman-temannya di facebook, banyak pula yang bertanya bagaimana bisa membuat adek Ghulam sangat sayang sama kakak, dan sebaliknya.

Ayah mengingatkan kembali pada Mama, bahwa selama ini ayah telah dengan sengaja “membangun” sikap adek itu secara ajeg dan terus menerus. Mama jadi ingat saat pagi hari Sabtu (5/11) sebelum adek berangkat sekolah. Pagi itu adek mencari buku yang akan dibawa ke sekolah. Entah dimana, buku tersebut ketlisut. Mestinya dia siapkan di malam hari, tapi katanya semalam juga sudah tidak ada. Mama yang sibuk di dapur memberi usul, “Kakak (Wildan)..bantu adek dong cari bukunya.” Dan seperti biasa, tidak perlu dua kali “perintah”....Wildan langsung ke kamar adek untuk ikut mencari buku.

Entah apa yang terjadi di dalam kamar, tiba-tiba kakak keluar kamar berteriak keras sambil tangannya menuding-nuding adek dengan marah. Kami semua kaget melihat kakak nampak sangat marah sampai tangannya bergetar. Pasti adek baru “marah” sama kakak. Bisa jadi kakak malah membuatnya semakin panik tidak mendapatkan buku tersebut. Namun adek tidak mau mengakui. Membuat kakak “marah” begitu menakutkan bagi adek karena dia tahu pasti siapa yang akan jadi "terdakwa."


Saya dan ayah rupanya sudah bisa menduga bahwa adek habis “kasar” pada kakak. Sebab Itu pernah juga terjadi: bila adek membentak kakak atau “menolak” kakak dengan “ketus”, Wildan akan bereaksi seperti itu. Baik saya maupun ayah, dan juga Yang Ti yang waktu itu ada ditarik sama Wildan diajak menuju adek dengan teriakan marah dan tangan menuding seolah mengadukan atau meminta kami “menindak” adek. Suasana cukup mencekam karena Wildan tidak berhenti teriak. Dan adek tetap cemberut.
Ayah dan saya berusaha untuk menengahi dengan tidak menjadikan adek sebagai "terdakwa". Kami beri pengertian pada kakak bahwa adek tidak memarahinya dan meminta pada adek untuk tidak cemberut. Namun beberapa waktu usaha itu tidak berhasil.

Akhirnya kami diam saja menunggu akhir dari emosi masing-masing. Sesaat hanya terdengar kemarahan kakak, dan yang lain dalam kesunyian menarik diri.

Tiba-tiba adek teriak sambil menangis, “Kenapa aku yang disuruh mengalah teruuusss???!!. Aku sudah senyum tapi kakak tetap saja marah!!.

Hati kami begitu tersayat mendengar protes adek tersebut. Tapi dengan suara tidak kalah keras ayah menyadarkan adek bahwa siapa lagi yang akan mengalah pada kakak kalau bukan adek- saudara kakak satu-satunya?. Kalau adek tidak mau mengalah sama kakak...apalagi orang lain!.

Mama hanya bisa terdiam. Eyang Ti juga hanya bisa terdiam. Kami biarkan tiga lelaki di rumah ini teriak-teriak. Tidak usah ditambah dengan teriakan yang lain lagi.
.........................
..................................
...........................................

Seringkali ayah dan mama berbincang tentang “rasa bersalah” karena telah membuat adek harus lebih dewasa menghadapi kakak. Pernah ada rasa ketakutan bahwa adek akan terbebani dibatas kemampuannya. Namun, itulah keputusan dan pilihan. Adek dalam posisi apapun memang harus menjadi yang lebih dewasa, harus bisa banyak memaklumi, dan tentu saja harus banyak melimpahkan kasih sayangnya pada kakak.

Betapa sering kami melibatkan adek dalam interaksi yang membangun semua itu. Baik dalam kata-kata maupun dalam perbuatan. Sejak adek batita hingga saat ini di usianya yang masuk ke 14 tahun, pertanyaan ayah yang selalu diulang-ulang ke adek (bahkan disaat adek menjelang tidur dan saat terlelap. Di kemudian hari, mama baru menyadari bahwa upaya ayah ini sama dengan hipnoteraphy) adalah,

- Ayah (A) : Adek sayang sama kakak a?.
- Ghulam (G) : sayang (atau adek akan mengangguk bila pertanyaan itu
disampaikan saat adek sudah lelap tertidur.?

Dan ini adalah pertanyaan ayah untuk Ghulam kecil sampai SD:
– A : siapa pacar adek?.
- G : Kakak, ayah, mama, dan aku (diri sendiri)

Sering juga mereka bertiga tidur satu ranjang...lalu berebutan mencium kakak. Dan kakak tentu saja akan teriak-teriak tidak suka. Namun adek dan ayah tetap “memangsanya!”. Hahaha....lucu juga melihat tiga singa itu heboh!.

Sering juga ayah narsis bin show up di tempat-tempat umum kalau kami berempat keluar. Pamer-pamer kemesraan dengan kakak gitu deh. Peluk-peluk. Cium-cium.Atau dorong-dorongan di mall atau saat kami makan di restoran. Ugh! pastinya menarik perhatian banyak orang yang melintasinya. Rupanya aksi itu yang diulang-ulang di depan adek, adalah salah satu upaya untuk menumbuhkan supaya adek tidak malu bersama kakak...seperti halnya ayah juga tidak malu semua orang tahu kakak berkebutuhan khusus. Termasuk tidak jarang juga ayah mengungkapkan secara frontal rasa tidak sukanya pada orang-orang yang memandang heran show upnya dengan kakak. Aduh...kalo ayah sudah melotot ke orang yang memandang aneh kakak....mama mending ngaciiirrr...kabuuurrr hehehe.

Berbeda dengan ayah yang ekspresif sebagai homo ludens (hihihihi...), mama sering menstimulasi adek dengan ungkapan-ungkapan sbb:

Lihat dek wajah kakak....teduh ya?.” Lalu adek akan lihat wajah “teduh” Wildan sehingga seperti yang kurasakan dalam dada ini membuncah rasa damai saat memandang wajahnya. Atau akan mama bilang, “Dek, mama lho kalau kesenggol kulit kakak..rasanya nyamaaaan gitu. Adek juga ya?.” Dan adek akan bilang “iya...aku juga.”

Sementara itu bila sedang “dewasa” ayah akan memberi adek nasihat-nasihat tentang perlunya kita semua termasuk adek untuk senantiasa menjaga kakak, melimpahinya dengan kasih sayang, dan banyak memaafkan kakak. Ayah akan ajak adek berhitung, betapa adek sangat beruntung dibanding kakak yang berkebutuhan khusus;

Coba ingat-ingat dek. Banyak hal yang
dinikmati dan dipunyai adek, tetapi kakak tidak punya. Adek bisa sekolah,
banyak teman, banyak mainan, bisa menikmati hape, main internet, menikmati
acara-acara di TV, film, dan lagu2....serta banyak sekali kenikmatan yang bisa
adek rasakan. Tapi coba lihat kakak. Sehari-hari ya hanya itu-itu saja
kegiatannya. Tidak punya teman bermain, tidak punya hape, lihat TV ya seperti
tidak menghayati isinya.....kakak hanya punya adek, mama, ayah....dan barang-
barang yang sangat terbatas. Jadi kalau adek harus mengalah pada kakak, itu
sungguh tidak sebanding dengan kenikmatan yang bisa adek dapatkan. Siapa lagi
kalau bukan kita yang bisa membahagiakan kakak.


Adekpun akan berkaca-kaca. Mama tahu apa yang ada di hatinya. Keharuan dan welas asih yang luar biasa.

Hal-hal seperti itulah yang setiap waktu kami induksikan kepada adek. Kami tunjukkan padanya supaya seperti kami- yang melihat Wildan sebagai butiran mutiara di lautan pasir, jangan sampai tersapu oleh gelombang. Seperti menjaga manusia lilin yang tak boleh meleleh oleh api, dan seperti pualam yang selalu licin mengkilat dan menyerap zat-zat yang membuatnya sejuk....#lebay dikit tidak apa khan?:)

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Salut buat ayah,mama dan adek... Itu ga mudah lho...

Mama Widho mengatakan...

Kekhawatiran, harapan...menjadikan itu semua mmg tdk mudah. Namun....harus dilakukan. Terimakasih telah berkunjung.

DokterGigiGaul mengatakan...

Salah satu hal membahagiakan buat saya pribadi adalah mengetahui saran saya diperhatikan
Berkebutuhan khusus lebih nyaman dibaca :)

Saya mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup dari tulisan sederhana Mama Frida. Gak salah blog ini termasuk pemenang ISBA..

Semoga Ghulam dapat menjadi role model untuk anak dengan situasi yang sama :)

seketika saat ini saya merindukan Bunda saya..:)

salam hangat untuk 3 singa-singa luar biasa Mama Frida, Untuk Ghulam, Ayah dan Wildan..

Lulu mengatakan...

Salam kenal Mbak. Salut buat Mbak Frida, Ayahnya dan juga adek Ghulam dan Mas Wildan. Semoga jadi anak yang sholeh kebanggaan keluarga. Amin.

Maaf Mbak, kenal pertama dah ngasih PR nih buat Embak. Semoga tetap terjalin silaturrahimnya walau hanya lewat dunia maya. PR bisa dilihat di blog saya Mbak.

http://catatanmutiaraku.blogspot.com/2011/11/kenangan-masa-kecilku-di-bangku-sekolah.html

Anonim mengatakan...

subhanallah...memang Ayah & Ghulam orang yg luar biasa...:) kapan nih sekeluarga sya foto..*loh heheee

Mama Widho mengatakan...

Ananda@ maaf yaaa...kerjakan PRnya terlambaaaat...ehehe

Mama Widho mengatakan...

fajarembun@ kami senang sekali di foto lhoooo....awas memori kamera om Fajar penuh! hahaha