Minggu, 20 November 2011

That's Enough





Tulisan ini telat saya upload. Peristiwanya sudah bulan lalu. Tepatnya 30 Oktober 2011. Saat itu kami mengikuti Talk Show/sharing dengan para orang tua anak-anak berkebutuhan khusus. Penyelenggaranya SMART Center: Play, Learn, and Grow. Sebelumnya selama seminggu di tempat SMART Center diselenggarakan pameran lukisan dan foto karya anak-anak berkebutuhan khusus. Wildan bersama Raihan (fotografi), Nia (lukisan n kartun), Umar (lukusan) diundang untuk ikut pameran lukisannya. Ada 12 lukisan Wildan yang dipajang disana.


Lucu sekali saat pertama kami antarkan lukisan, Wildan ikut. Saat mau pulang, Wildan terlihat keberatan lukisannya ditinggal. Dia minta supaya lukisannya dibawa pulang lagi. Walau akhirnya dia mau pulang tanpa lukisannya.....sampai di rumah Wildan “protes’ karena dinding di ruang tamu jadi kosong. Berkali-kali dia tunjukkan dinding kosong itu. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya selama seminggu kedepan dia tidak lagi “protes”. Bahkan saat 30/10 kami menghadiri sesi talk show (sharing), Wildan nampak senang melihat lukisannya dipajang di ruang SMART Center. Berkali-kali dia pose utuk di foto Om Fajar Embun Bon2 hehe...



Saat talk show, panitia mengundang tiga ibu dengan anak berkebutuhan khusus, termasuk MamaFrida. Kesempatan pertama adalah Mamanya ananda Umar - penyandang tuna rungu yang hobi juga melukis. Luar biasa, Umar memiliki IQ diatas 150!. Wajahnya cerah dan sangat ceria. Lalu waktunya Mamanya ananda Nia – penyandang autis yang sangat sukses dengan prestasi gemilang baik di akademik maupun keterampilan. Nia sudah kelas satu SMU. Karyanya adalah melukis, membuat handy craft, dan membuat kartun-kartun manga. Sangat luar biasa...Nia memiliki IQ 190!. Very excelent. Lalu terakhir giliran mamanya Wildan.

Pertama saya sampaikan.... Wildan belum pernah test IQ. Namun dilihat dari kemampuan akademiknya, mama Frida mengira IQ Wildan di bawah rata-rata atau yeah rata-rata.....mungkin sekitar 100 saja. Lalu bagaimana dooong?. Mama Frida sampaikan, bahwa kalau memang Wildan belum mampu mengejar akademik, maka harus dicari sisi yang lain. Kalau dia memang bisanya melukis....it’s enough. Kita push dia di melukis. Namun yang utama adalah anak-anak berkebutuhan khusus ini harus distimulasi untuk bisa mandiri mengurus diri sendiri. Alhamdulillah, Wildan sudah sangat mandiri dalam hal tersebut. Kami juga mendorong Wildan meningkatkan kopetensi sosialnya. Alhamdulillah...Wildan juga memiliki kompetensi sosial yang bagus.



Proses untuk meningkatkan kompetensi sosialnya mengalami perkembangan pesat saat kami tinggal di perkampungan daerah Dau, tepatnya di Jetak Lor. Saat itu rumah yang kami kontrak tidak berpagar. Suasana perkampungan dengan suasana pedesaan terasa sekali. Hubungan antar warga adalah hubungan paguyuban.

Adalah Sarinah pembantu rumah tangga kami. Berasal dari Desa di Blitar. Sarinah lebih populer dibandingkan saya di Jetak Lor. Selain saat itu saya masih studi di Bogor, Sarinah juga memiliki banyak kegiatan dengan warga sekitar. Baik itu olah raga dalam rangka lomba-lomba desa (misal 17 agustusan), gotong royong, atau sekedar “ngerumpi”. Nah, disetiap kegiatannya itu Wildan seringkali di ajak serta. Sehingga warga juga sangat mengenal Wildan. Rupanya selain ada sisi negatif, upaya Sarinah mengajak Wildan itu membawa efek positif bagi perkembangan kompetensi sosial Wildan.

Saat saya pulang, saya melihat sendiri Wildan bermain dan bertamu ke rumah-rumah tetangga. Saking “terbiasanya” Wildan hadir di tengah-tengah warga, sebagian warga menjadi tidak takut lagi dengan Wildan. Pernah suatu ketika saya bingung cari Wildan...eh ternyata 30 menit kemudian Wildan nongol bersama Bapak depan rumah, “Saya baru ajak Wildan jalan pagi bu..keliling kampung.”....walaaaah... Atau ibu sebelah rumah yang serig ijin, “bu..Wildan saya ajak belanja yaaa”. Bahkan si mamang penjual tempe kadang minta ijin, “Bu, Wildan saya bonceng keliling jual tempe yaaa..nanti saya antar pulang lagi kesini.” Hahaha...bagaimana yaaaaa....sulit sekali saya melarang “penerimaan” mereka semua. Indikasi mereka “tidak takut” dan “menyadari” kehadiran Wildan sebagai penyandang autis itu lebih bermakna bagi kami dibanding mungkin bahaya-bahaya yang akan Wildan alami saat bersama mereka.

Semangat “memasyarakatkan” kehadiran anak-anak berkebutuhan khusus itu pula yang mengilhami dibukanya sekolah inklusi di sekolah-sekolah pemerintah. Tidak hanya demi kepentingan internal anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah inklusi juga memberi kesempatan anak-anak “normal” menyadari, mengenal, dan berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Anak autis yang masuk ke sekolah inklusi, otomatis harus mengikuti kurikulum nasional. Walaupun sekolah inklusi akan melakukan improvisasi, satu hal yang harus orang tua anak autis sadari adalah mereka harus mengenal kompetensi anak masing-masing. Memberi beban yang berlebihan pada sekolah inklusi untuk membuat anak-anak berkebutuhan khusus berprestasi di segala bidang adalah hal yang kurang tepat.

9 komentar:

Unknown mengatakan...

lukisannya wildan bagus yah Bu...
saya sering mengikuti isi blog ini ..
semangat ibu frida.. :}

Anonim mengatakan...

senang sekali di saat wildan berwajah ceria saat di foto..kapan-kapan jika ada kesempatan dan waktu,ingin di lukis wildan..dan memoto wildan saat melukis..salam kangen saya untuk wildan... ^_^

Mama Widho mengatakan...

ChutNea.....terimaksih..atas kunjungan2nya. Smg bermanfaaat yach

Mama Widho mengatakan...

Fajar....hehe..mmg dia narsis om kl difoto...pasti wildan senang sekali. Trimd ya om

BlogS of Hariyanto mengatakan...

lukisan karya wildan kah yang terpajang disamping-nya, benar-benar bagus :)
semoga wildan selalu sehat bahagia dalam lindungan ALLAH SWT

Mama Widho mengatakan...

Iya.....itu lukisan lukisan Wildan... Amiiin atas do'a om Hariyanto.

Roy Wirawan Khoe mengatakan...

menarik dan menginspirasi

Mama Widho mengatakan...

Roy....smg kita bisa saling mengingatkan, Roy

Eka Fetranika mengatakan...

Hai, Mbak Frida. Salam kenal ya. Saya tertarik untuk meliput kegiatan mbak dan wildan untuk materi hari ibu yang akan tayang di program Bngkai Berita Trans TV. Saya ingin memberikan inspirasi kepada para ibu dengan anak autis bahwa mereka bisa berjuang agar anak2 yang autis bisa menjadi anak yang mandiri.
Kalau boleh saya minta no hpnya ya, Mbak. Terima kasih. Eka Fetranika