Senin, 26 Desember 2011

Apa sih Autis itu?

Kami bukanlah ahli atau pakar autisme, sehingga menjelaskan kepada orang lain tentang autisme, susah-susah gampang. Apalagi kepada awam dan kepada yang baru tahu sepintas-pintas.

Seperti pertanyaan ini, “Bagaimana sih anak autis itu?.”. Nah, ini khan pertanyaan yang intepretasinya sangat luas. Menghadapi pertanyaan seperti ini, kami memiliki kesimpulan jika orang tersebut pasti masih sangat awam. Itu artinya jawabannya tidak perlu terlalu luas dan mendalam hehehe... bukan apa-apa,tuwas habisin waktu dan abab hahaha...ya maaf.

Terhadap pertanyaan itu, saya biasanya akan berikan jawaban sederhana secara umum dan beberapa contoh perilaku si Wildan. Seperti ini:

Anak yang menyandang autisme, paling menyolok bisa dilihat dari penghindaranya pada kontak mata dengan orang lain, perilakunya yang ritual atau berulang-ulang, serta sangat kentara berorientasi pada dirinya sendiri.”.

Masih belum jelas?.

Penghindaran kontak mata, bahasa lainnya adalah dia tidak mau menatap mata orang lain termasuk yang sedang mengajaknya bicara. Dia bisa menunduk, melengos, atau melihat hal lain. Meskipun nampaknya mendengarkan atau menyimak pembicaraan.”

Nah, mulai bisa bayangkan bukan?.

Perilakunya yang ritual atau berulang-ulang, maksudnya adalah dia memiliki pola tetap dalam berinteraksi dengan objek. Memperlakukan objek dengan pola yang sama berulang-ulang. Misalnya, kalau mau makan sesuatu, dia harus mencium (membau) makanan tersebut, maka itu akan dilakukan setiap kali mau makan. Kalau bertemu anda dia cium pipi...maka setiap bertemu dengan anda itu cium pipi menjadi ritual. Sesuatu yang harus terjadi. Hmmm....berarti Tukul pernah juga autis karena selalu ada ritual cipika cipiki dengan bintang tamunya hahaha.”

Saya pernah tuliskan perilaku ritual Wildan dalam suatu tulisan di blog ini. Sekitar tahun 2008. Coba deh dibuka-buka gitu 

Terakhir, perilaku yang berorientasi pada diri sendiri. Begini, contoh pada Wildan. Dulu kami mengajari Wildan supaya kalau bangun tidur segera melipat selimut, dan merapikan bantal dengan cara ditumpuk. Selimut dan bantalnya sendiri sih. Lalu selimut dan bantal itu harus diletakkan pada tempat yang semestinya...walah..maksudnya, selimut di ujung bawah kasur dan bantal di atas kasur..eh, maksudnya selimut di tempat bawah kaki, bantal di tempat kepala (hihihi..sama-sama ngerti khan maksud saya?.). Begitulah akhirnya yang terjadi di rumah kami setiap pagi. Wildan paling rajin bangun pagi. Cenderung lebih sering bangun pagi dibanding makhluk lain di rumah kami. Seperti yang dia ingat dari pelajaran kami, Wildan segera melipat selimut dan menumpuk bantal (ini juga bisa dianggap dengan salah satu ritual). Tapiiiii.....ini perilaku autisnya: dia tidak peduli apakah tempat bantal itu masih ada orangnya apa tidak!. Meskipun adiknya masih tidur, Wildan akan menumpuk bantalnya....meski harus dikepala adiknya! Hahaha...Begitupula seandainya adik tidurnya melorot sampai sisi bawah, Wildan juga akan meletakkan lipatan selimut menutupi tubuh sang adik!. Kadang adik kaget dan tergopoh-gopoh bangun karena kepalanya ditekan-tekan tumpukan bantal oleh Wildan jika bantalnya menumpuk kurang rapi. Seperti apa ekspresi Wildan saat melakukan itu?. No problemo...dia tidak nampak marah/terganggu, juga tidak nampak bersalah....biasa saja seolah memang begitulah yang seharusnya.

Kalau ingat-ingat itu, saya bisa tertawa terusss. Apalagi kalau ingat ekpresi Wildan yang “tak berdosa" sementara adik tergopoh-gopoh mengira ada gempa kaliiiii” hahahaha.

Begitupula bila giliran Wildan mengelap meja kursi. Bila sudah tiba waktunya bersihkan kursi, meskipun ada yang sedang duduk di kursi tersebut, Wildan tetap akan mengelapnya. Walau andai harus menarik bantalan kursi untuk mengelap dibaliknya, dia akan tarik bantalan tersebut walau ada yang sedang duduk!. Dan..tetap dengan ekspresi no problemo-nya. Mungkin dalam pikiran Wildan adalah “yang penting urusanku segera beres.”. itulah yang saya maksud dengan berorientasi pada diri sendiri.

Semoga kita bukan termasuk orang yang berorientasi pada diri sendiri karena kita tidak menyandang autis, bukan?.

7 komentar:

DC family mengatakan...

salam kenal kak wildan
senang sekali baca ceritanya kak wildan
sangat touching n inspired

Mama Widho mengatakan...

terimkasih sdh berkunjung. Salam kenal juga. Smg tulisan-tulisan di sini bermanfaat.

alternative road mengatakan...

Wahhh si tukul autis yah ???? meritualkan cipika cipiki... ckckckck, bgus juga kl autis nya kayak si tukul itu bunda.... hahaha

btw, kesannya kok bahagia punya anak autis, bahagia... #membayangkan perilaku wildan saat membenamkan kepala adiknya dgn bantal ato selimut ....

#teruslah hidup bahagia !!! apapun kondisinya :D

Itik Bali mengatakan...

Salam kenal ya buat Wildan,
Maaf ya mbak Frida, baru mampir. Maklum lagi sibuk, (sibuk ngilangin males maksudnya hehe)

Lama juga enggak ngeblog mbak. Nggak tahu nih, lagi kena writer block kali ya..(biar dikira penulis top gitu)

Mbak, blognya keren banget. Membahas tentang autis. Banyak ortu yang belum ngerti tentang anak autis dan kadang temen2 ku juga memakai kata "autis" untuk diri mereka saat melakukan kebodohan.

Mama Widho mengatakan...

Alternative@ bukannya bahagiadlm pengertian sukacita hdp dg anak autis....tp krn begitulah adanya yg kami alami ya...diterima dg lapang dada. Kadang gurau2 ttg Wildan adalah nada sumbang, namun begitulah kami memaknai "adanya" sbg lautan pengetahuan dan hikmah. Kadang sy menulis dg menangis.

Mama Widho mengatakan...

Itik Bali@...iyaaaah...mb Fri nunggu tulisan2mu gak muncul-muncul... kangen dg tulisanmu yg kocak dan dalem... Titip pesan ya, kl ada yg tanya2 ttg autis, beri alamatku ini.

Shally mengatakan...

Salam kenal ya Mama Frida,

Inspiring story..

Thank you for sharing..